487Energi panas bumi (geothermal) merupakan salah satu energi terbarukan yang minim emisi karbon dan ramah lingkungan.

Menurut Wahyu Firmansyah, Asisten Manajer Laboratorium PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) Ulubelu, Tanggamus, Lampung, saat diskusi dalam kunjungan belajar Forum Energi Merangin-Kerinci (ForMeci)-Forum yang berisi Civil Society Organization (CSO) dan Community Based Organization (CBO) di Jambi yang fokus pada isu energi terbarukan-di Gedung Serba Guna PGE Ulubelu, Sabtu, 29 Mei 2021, menyebut potensi energi panas bumi di Indonesia sangat besar.

Paparan dan diskusi dalam kunjungan belajar Forum Energi Merangin-Kerinci (ForMeci)-Forum yang berisi Civil Society Organization (CSO) dan Community Based Organization (CBO) yang fokus pada isu energi terbarukan di Jambi bersama KKI Warsi, dan RuKo-di Gedung Serba Guna PGE Ulubelu, Sabtu, 29 Mei 2021

Secara global Indonesia masuk dalam dua besar potensi panas bumi dunia, setelah Amerika Serikat.

“Kita bisa menjadi yang pertama jika kita kembangkan dengan maksimal,” ujar Wahyu.

Menurutnya, banyak manfaat yang akan didapat masyarakat dari pemanfaatan panas bumi. Selain, merasakan perbaikan infrastruktur jalan sebagai akses keluar masuk proyek, akan ada peningkatan taraf hidup dan ekonomi masyarakat.

“Jadi, kami ambil masyarakat untuk bekerja di sini (PGE). Selain itu, akses listrik dan beberapa Program Corporate Social Responsibility (CSR) turut dirasakan masyarakat,” ujar Wahyu pula.

Wahyu menambahkan, pembangunan panas bumi oleh PGE tersebut minim risiko dan ramah lingkungan.

“Hampir 20 tahun PGE berdiri, belum ada konflik dengan masyarakat terkait dampak negatif dari PGE,” ujar Wahyu pula.

Sation Ahmad, Kepala Desa Renah Kemunu, Jangkat, Merangin, Jambi yang juga anggota ForMeci mengaku kagum dengan PGE yang ada di Ulubelu.

“Kalau dilihat di sini sudah sangat baik, tidak ada merusak lingkungan dan tanamannya tumbuh,” ujar Sation.

Saat ini desa tempat Sation sedang ada rencana untuk pembangunan pembangkit listrik energi panas bumi. Namun, masyarakat di sana masih khawatir dengan dampak dari pembangunan tersebut.

“Harapannya dengan melihat contoh di sini (PGE Ulubelu), bisa diterapkan di desa kami,” kata Sation pula.

Meski pengembang di desanya adalah perusahaan swasta, ia berharap implementasinya dapat seperti di PGE Ulubelu.

“Sehingga, masyarakat dapat lebih menerima manfaat,” kata Sation lagi.

Kunjungan belajar Forum Energi Merangin-Kerinci (ForMeci)-Forum yang berisi Civil Society Organization (CSO) dan Community Based Organization (CBO) di Jambi yang fokus pada isu energi terbarukan- bersama KKI Warsi dan RuKo, di PT PGE Ulubelu, Tanggamus, Lampung, Sabtu, 29 Mei 2021.

Kunjungan belajar ForMeci ke Lampung, terselenggara melalui Program “Leading the Change (LTC): Civil Society, Rights & Environment – Sustainable Renewable Energy” WWF Indonesia atas dukungan SIDA dan WWF Swedia yang berkomitmen untuk melakukan kegiatan pengembangan kapasitas masyarakat sipil sebagai pemimpin perubahan dalam rangka mendukung pengembangan energi terbarukan yang berkelanjutan dan memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat.

Kunjungan tersebut berlangsung selama tiga hari, yaitu pada 28-30 Mei 2021, dan didampingi Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warung Konservasi Indonesia (KKI Warsi) Jambi, dan pegiat Rumah Kolaborasi (RuKo)- Konsorsium Pemberdayaan Masyarakat dan Lingkungan di Lampung yang juga terlibat dalam mendorong Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Lampung untuk Pemanfaatan Langsung Panas Bumi di Lampung (Perda Nomor 11 Tahun 2019 (ditetapkan pada lembar daerah 25 Oktober 2019).

Rangkaian acara diisi dengan diskusi dan terjun lapangan untuk melihat langsung pemanfaatan panas bumi di Ulubelu, Tanggamus, Lampung.