Ulu Belu merupakan kawasan berpotensi pertanian dan perkebunan. Kopi Ulu Belu termasuk jenis kopi robusta yang saat ini menjadi kopi khas dari Lampung. Wangi khas biji kopi Ulu Belu menambah cita rasa tersendiri dari kopi bubuk daerah lainnya. Pemasaran kopi Ulu Belu tidak hanya sebatas daerah Kabupaten Tanggamus, namun sudah masuk ke pasar modern di Kota Bandar Lampung bahkan sudah sampai se-Indonesia. Petani kopi sedang memaksimalkan legalitas agar kopinya bisa dieksport hingga ke luar negeri. Peran tersebut tidak lepas dari dukungan-dukungan dinas/pemerintah setempat, adanya pendampingan dari Rumah Kolaborasi Nusantara serta semangat membara dari kelompok petani kopi perempuan di Ulu Belu.

Pendampingan yang dilakukan Rumah Kolaborasi Nusantara (RuKonusa) di Desa Ngarip memberikan hasil positif dan dampak yang luar biasa terhadap KSU Srikandi Maju Bersama. Keberhasilan KSU Srikandi membuktikan bahwa para petani kopi perempuan mampu mandiri dan produktif. Penyelenggarakan pelatihan manajemen rumah tangga merupakan pelajaran penting bagi perempuan-perempuan ini untuk mengelola pendapatan dan pengeluaran rumah tangganya.

Produk Gula semut dan kopi dari KSU Sumber Rejeki dan Kelompok Tani Mekar Jaya

Para petani menyadari penghasilannya diperoleh hanya saat panen membutuhkan tiga sampai empat bulan. Jika keuangan rumah tangga tidak dikelola dengan baik maka para petani akan mengalami kesulitan ekonomi. Pola pikir para petani dicerahkan dengan adanya manajemen atau pengelolaan hasil usaha. Selain itu, Rumah Kolaborasi bersama dengan WWF memberikan pelatihan tentang koperasi kepada masyarakat di Desa Ngarip. Sebanyak 18 orang sepakat untuk maju dan berupaya mendirikan KSU yang dikenal juga KSU Srikandi Maju Bersama.

Kopi 5 kg menjadi modal awal KSU Srikandi yang berasal dari sumbangan para anggota. Percobaan pertama menggunakan 1 kg kopi kemudian sisanya sebanyak 4 kg mereka gunakan sebagai bahan produksi dengan kemasan yang menarik. Dengan label Coffee SRIKANDI, kini kopi tersebut sudah menaungi pasar di Pulau Jawa, di Pulau Sumatera sendiri kopi ini sudah sampai ke Provinsi Palembang dan Riau. KSU Srikandi Maju Bersama dipimpin oleh Sri Wahyuni, wanita berusia 46 tahun yang berprofesi sebagai petani kopi perempuan ini telah dianugerahkan sebagai Perempuan Inisiator Lampung oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Kini usahanya bersama para anggota lain sedang mempersiapkan kopi Srikandi untuk di ekspor ke perusahaan Korea.

Harapan seorang Sri untuk membangun perekonomian rumah tangga sendiri ternyata dapat menularkan semangat dan kepercayaan para petani kopi perempuan lainnya di Desa Ngarip. Tidak hanya Sri sekeluarga yang merasakan manfaat dari KSU ini, tetapi sebanyak 17 anggota KSU lainnya juga ikut senyum bahagia. Semangat dan aktifitas KSU Srikandi membuka pintu harapan bagi anak-anak mereka untuk terus melanjutkan sekolah. KSU Srikandi Maju Bersama mempunyai harapan atas keberhasilannya agar dapat memotivasi dan menebarkan semangat bagi masyarakat lainnya.

Proses Mba Asih Merebus Air Nira Menggunakan Kayu Bakar

KSU Srikandi Maju Bersama sudah banyak menjadi KSU percontohan karena semangatnya tersebut menularkan KSU Sumber Rejeki yang ada di Pekon Datarajan. KSU Sumber Rejeki terbentuk pada tanggal 15 Juni 2015 dengan jumlah anggota pada saat itu sebanyak 33 orang. Dengan visi meningkatkan perekonomian keluarga dan desa serta menumbuhkembangkan aktifitas sosial sesama petani di Pekon Datarajan.

Mba Asih, sebuah sapaan dari wanita yang bernama lengkap Asih Sarwini, telah memiliki branding untuk produk kopi dan produk olahan gula aren yaitu MJ Ulubelu dibawah naungan Kelompok Tani Mekar Jaya. Banyaknya permintaan gula aren dari luar daerah Ulu Belu membuat masyarakat tidak mampu memenuhi kebutuhan dari permintaan tersebut. Awalnya air nira hanya di olah menjadi gula aren cetak. Harga gula aren cetak yang murah dirasa tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari, sehingga masyarakat belajar mengolah gula aren menjadi gula semut atau yang disebut juga Palm Sugar. Harga satu kemasan gula semut lebih bisa membantu untuk kebutuhan sehari-hari petani.

Dibantu oleh dinas setempat, Kelompok Tani Mekar Jaya dan KSU Sumber Rejeki mendapatkan bantuan sebuah rumah produksi dan alat penjemuran menggunakan energi terbarukan. Adanya bantuan alat penjemuran ini sangat membantu Mba Asih dan suami untuk menjemurkan gula semutnya. Kawasan Ulubelu merupakan kawasan di daerah dataran tinggi, menyebabkan kondisi suhu di kawasan tersebut rendah dan angin yang kencang, sehingga panas dari sinar matahari kurang dapat mengeringkan gula.

Pemanfaatan energi terbarukan ini mendorong keberlangsungan dari usaha para petani. Para petani kopi dan gula aren sangat bergantung pada iklim dan cuaca. Integrasi antara teknologi dengan para petani konvensional ini merupakan sebuah jawaban dan solusi untuk mengatasi masalah pertanian. Potensi besar dari energi matahari dapat di optimalkan dengan adanya teknologi dan energi terbarukan.

Proses pengolahan air nira oleh Mba Asih masih menggunakan cara tradisional. Air nira tersebut masih dimasak menggunakan tungku dan kayu bakar. Cara ini nyatanya tidak hanya dilakukan oleh Mba Asih sendiri, rata-rata masyarakat di Pekon Datarajan menggunakan kayu bakar untuk merebus air nira. Proses pembakaran dengan kayu bakar ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Jika ditinjau dari segi ekonomi, masyarakat tidak perlu merogoh kocek puluhan ribu rupiah untuk membeli gas LPG 3 kg. Pengeluaran untuk membeli gas LPG 3 kg saja sudah masuk ke biaya operasional. Oleh karena itu, masyarakat lebih memilih cara tradisional dengan kayu bakar agar tidak menambah biaya operasional produksi.

Kekurangan dari cara tradisional ini memiliki dampak tidak baik bagi kesehatan para pelaku usaha olahan air nira. Jika dilakukan secara terus menerus, menghirup asap dari proses pembakaran kayu dapat berakibat buruk pada kesehatan paru-paru. Para ahli toksikologi bahkan memperingatkan, partikel kecil yang tidak terlihat di asap kayu bakar dapat menyebabkan penyakit jantung dan kanker. Hal ini masih belum banyak diketahui oleh masyarakat di Pekon Datarajan. Kurangnya informasi terkait menjaga kesehatan diri sendiri dan keluarga dari proses usahanya menyebabkan masyarakat masih melakukan kegiatan tersebut. Harapannya ada solusi terkait proses pembakaran menggunakan kayu bakar ini agar kesehatan para petani tetap terjaga dan senantiasa sehat untuk menjalankan usahanya.

Penjemuran biji kopi di Solar Dryer Dome

Selain proses perebusan air nira, aktifitas para petani juga disibukkan untuk mengeringkan biji-biji kopinya. Buah kopi yang sudah dipetik dan dipanen harus segara diolah. Biji kopi yang sudah disortir dan dicuci akan masuk ke tahap pengeringan. Proses pengeringan menjadi salah satu tahap penting dalam pengolahan produksi biji kopi. Tujuan pengeringan tersebut untuk mengurangi kadar air pada biji kopi sebelum masuk ke tahap sangrai. Biji kopi yang kadar airnya sudah sedikit dapat membantu biji tersebut agar tidak terkena serangan jamur dan tidak membusuk.

Sayangnya, pada proses pengeringan ini, petani masih kerepotan untuk menjemurkan biji kopi yang di halaman rumah. Cuaca yang tidak selalu panas dan terik, menyebabkan biji kopi susah kering. Jika cuaca tidak stabil, maka membutuhkan waktu berhari-hari bahkan sampai 1 bulan untuk mengeringkan biji kopi tersebut. Bagi Mba Sri dan Pak Sugeng, para petani kopi di daerah Ulu Belu, cuaca panas adalah anugerah agar dapat menjemurkan biji kopinya. Kini teknologi pengering menggunakan cahaya matahari diciptakan dengan nama Solar Dryer Dome. Sebuah teknologi untuk mempercepat proses pengeringan biji kopi. Solar Dryer Dome (SDD) inovasi teknologi yang sangat efektif untuk meningkatkan efisiensi waktu dan kualitas hasil produksi.

KSU Srikandi Maju Bersama dan Kelompok Tani Hutan Margo Rukun IV telah mendapatkan bantuan fasilitas untuk proses pengeringan kopi yaitu Solar Dryer Dome (SDD). Keberadaan teknologi pengering ini juga menjadi solusi buat petani pada saat panen dan bertepatan dengan musim hujan sehingga dapat dilakukan pengeringan dan hasil panennya tidak rusak. Sesuai namanya, SDD 100% menggunakan sinar matahari, alat ini menyerap sinar matahari kemudian disimpan di dalam aki untuk proses penyinaran pada lampu saat pemanasan malam hari.

Penampakan Solar Dryer Dome milik KSU Srikandi Maju Bersama

Penggunaan SDD masih sangat memperhatikan cuaca. Apabila cuaca musim hujan maka hal tersebut akan mempengaruhi proses pengeringan karena sulitnya mendapatkan panas dari matahari. Hal tersebut menyebabkan masih kurang maksimalnya alat ini bekerja untuk proses pengeringan biji kopi. Namun, tidak dipungkiri bahwa SDD juga telah mampu membantu para petani untuk mengeringkan kopi dan menghasilkan biji kopi dengan kualitas baik. Harapan para petani kopi untuk teknologi di bidang holtikultura sangat tinggi, dengan adanya bantuan sejumlah alat untuk proses pengolahan kopi sangat membantu perekonomian para petani kopi.

Meningkatnya kualitas biji kopi kami, meningkat pula kepuasan kami para petani kopi.

Ikhtiar Petani Kopi: Merekah Ruah Biji Kopi Ulubelu (Oleh : Siska Sari)
Story From The Field : Diseminasi Program Sre 2018-2022, Leading The Change, Rumah Kolaborasi Nusantara