“Letakkan kaki telanjangmu dan rasakan harmoni alam sekitramu, Maka Alam akan segera menyapamu, dan hembusan angin beraroma puspa akan membelai wajah dan rambutmu dengan mesra.”
Salah satu kalimat yang tepat untuk menggambarkan kali pertama kami menginjakan kaki di Desa Datarajan, Kecamatan Ulu Belu, Kabupaten Tanggamus, Lampung. Suhu disana dapat mencapai 160 C dengan Curah hujan memang cukup tinggi. Desa yang terletak di kaki kawasan perbukitan itu berada di ketinggian sekitar 1000-1250 Meter di atas permukaan laut dan berbatasan langsung dengan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.
Pukul 06.30 WIB ketika sang Surya mencoba menyapa kami, diiringi secangkir kopi panas khas Ulu Belu yang menambah senyuman dan semangat untuk memulai hari. Kami berjalan menyusuri jalanan hingga pematang, mencoba meliihat lebih jauh berbagai aktivitas masyarakat Datarajan. Suhu yang dingin tak menghalangi semangat mereka memulai kegiatan yang biasa dilakukan.
Senyuman para calon pelita bangsa yang haus akan cita dan asa, menyambut kami ketika sampai di tepi jalan, seakan memberi nuansa dan harapan yang cerah sebagai pemimpin penerus bangsa dimasa mendatang. Selain itu, Kesibukan dipasar datarajan juga mulai tampak ramai. Tak kalah dengan daerah lain, dipasar ini juga menawarkan berbagai jenis pilihan yang dijual mulai kebutuhan pokok hingga barang lain sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan. Pusat kegiatan perekonomian tersebut seakan menggambarkan perputaran roda perekonomian masyarakat yang baik.
Salah satu sumbangsih terbesar dalam berekembangnya perekonomian di Desa Datarajan tak terlepas dari hasilbumi yang khas dan melimpah di daerah tersebut. Apalagi kalau bukan kopi. Komoditas pertanian tersebut telah lama di kembangkan melalui sistem budidaya yang terus berkembang hingga kini. Kabupaten tanggamus khusunya di Kecamatan Ulu belu sendiri terdapat beberapa varietas unggulan, mulai dari kopi Kasio, kopi kuning, kopi hijau, kopi komari, kopi sailing, kopi randu alas.
Dengan potensi kopi yang melimpah, tak heran daerah tanggamus merupakan sentra penghasil kopi jenis robusta terbesar diIndonesia. Potensi tersebut harus dikelola secara maksimal baik dari penguatan kapasitas sumberdaya manusia, sampai praktik budidaya, hingga pasca panennya dalam bentuk olahan. Upaya ini dilakukan guna menyetarakan daya saing dan meningktakan nilai tambah secara ekonomi.
Kami bertemu dengan salah satu Kelompok Simpan Usaha (KSU) yang ada di daerah desa datarajan, Mbak Asih panggilan akrabnya. Beliau adalah salah satu petani, dan pendiri KSU Sumber Rezeki yang sudah mampu memasarkan produk hingga ke pusat Kota Bandar Lampung dan daerah lain di Indonesia.
Sembari meroasting kopi mbak asih menceritakan awal mula terbentuknya KSU sumber Rezeki ini. Sebelum tahun 2015 itu, ekonomi petani ini (petani kopi-red) sangat berantakan mas, amburadul. “kami belum bisa mengatur keuangan,” Rumah Kolaborasi (RuKo), sebuah konsorsium pelaku pemberdayaan masyarakat dan lingkungan di Lampung, memberikan arahan kepada binaannya yaitu Koprasi Srikandi guna memerikan intervensi dan arahan untuk membangkitkan pelaku kelompok di sekitar ulu belu.
KSU Srikandi dianggap mampu memberikan edukasi karena telah dianggap mempunyai kemampuan mengelola baik administratif dan produksi hingga mampu memasarkan produknya hingga beberapa kota diseluruh Indonesia. Tekad, semangat, dan rasa saling percaya menjadi dasar yang ditularkan KSU Srikandi kepada KSU Sumber Rezeki hingga akhirnya mampu bersaing hingga mampu menopang perekonmian keluarga secara lebih baik.
“Biarkan kabut menyambut harimu yang penuh makna. Biarkan air menyentuh dan bercengkram dengan kulit arimu. Dan biarkan mata dimanjakan dengan keindahan dan kesederhanaanya.”
Embung Air Datarajan, Setetes Harapan Masa Depan
Embeekk.. Embeek…
Suara pekikan kambing terdengar dari kejauhan dan membangunkan kami untuk memulai hari. Mencari lentera yang seolah bersembunyi diantara banyaknya orang-orang disekitar kami, hingga eloknya pemandangan alam yang terus berusaha menggoda, hingga mata tak kuasa untuk menolaknya.
Tak lupa pula segelas Kopi Robusta untuk memulai hari yang penuh semangat dan sukacita.
Tujuan kami berikutnya adalah tempat yang kalah menarik dan eksotis. Yup.. Apalagi kalo bukan Embung Datarajan. Selain terkenal akan hasil kopinya desa ini juga terkenal dengan keindahan alamnya.
Diperjalanan kali ini kami kembali disuguhkan dengan hamparam tanaman kopi sejauh mata memandang. Akan tetapi di beberapa titik kami menemukan adanya kandang kambing milik masyarakat. Kami pun mencoba menggali informasi terkait ternak yang dipelihara tersebut.
Kami berhenti sejenak disalah satu rumah warga Bp. Muji Haryanto tepatnya disukamaju desa yang berbatasan langsung dengan desa datarajan. Menurut informasi bahwa kambing didaerah tersebut umunya milik pribadi dan beberapa memang tergabung dalam kelompok tani. Namun kami singgah ditempat yang tepat yaitu Kelompok Ternak Sukamaju. Pencapaian keberhasilan kelompok ternak kambing saat ini telah berhasil melakukan penjualan kambing dari bulan juli – september tahun 2020 mencapai omset 300 juta. Kelompok tersebut juga pernah bekerjasama dengan dompet dhuafa untuk suply kambing kurban di tahun 2019.
Hasil pencapaian tersebut kemudian kembali diinvestasikan berupa aset tanah ¾ Ha untuk pengembangan kandang ternak kelompok, pengolahan kompos, dan bank pakan ternak. Harga yang dibandrol untuk seekor kambing sebesar 3-7 Juta didasarkan pada jenis dan berat kambing. Dari informasi Pak Muji Haryanto
Kami juga menemui sekertaris Bp. Ahmad Zamzuri mengatakan secara umum kebutuhan yang perlu di lakukan berupa pelatihan pengolahan, pengelolaan, dan pemasaran bank pakan apabila bisa terus berkembang, pelatihan pembuatan pupuk Kompos Organik (PKO) dan pupuk organik cair (POC), selain itu dibutuhkan penguatan jaringan pemasaran karena pangsa pasar hanya lokal, ulubelu dan tanggamus.
Setelah menggali informasi secara mendalam, perjalanan kami lanjutkan menuju embung datarajan. setibanya di tujuan kami lansung disuguhkan pemandangan yang menakjubkan. Kemolekan lekukan perbukitan dan danau yang indah, serta kuatnya tebing yang menjuram terjal seolah berpadu memanjakan bagi siapa saja mata yang melihat.
Seacara Historis Embung datarajan merupakan satu diantara spot penadah air yang ada disekitar kecamatan ulu belu. Embung ini merupakan embung terbesar dan mampu mengaliri air hingga ke keluar dareah seperti bandarlampung, natar, dan Metro. Upaya pemerintah provinsi melaui dinas PUPR membangun sistem bendungan batu tegi sebagai upaya perlindungan dan ketersediaan air jangka panjang.
Dinas kehutanan provinsi lampung juga mendukung penuh upaya tersebut bekerjasama dengan Rumah Kolaborasi (RuKo) serta pemberdaya masyarakat lokal menginisasi program silvopastura mengingat daerah tersebut merupakan Cathmen area berupa kawasan lindung yang harus dijaga dengan baik
Silvopastura merupakan metode pengelolaan kehutanan yang dipadukan pertanian dan peternakan. Kegiatan tersebut dipilih karena sebagian besar masyarakat didatarajan adalah petani kopi dan memelihara kambing sehingga dapat dikaitkan ke pengelolaan budidaya pertanian khususnya kopi dan lainnya. Budidaya kopi di datarajan juga tidak bisa lepas dari kebutuhan pupuk yang sebagai upaya optimalisasi pertumbuhan produktifitas kopi di Datarajan. Melonjaknya harga pupuk menjadi awal timbulnya Ide untuk mengintegrasikan kehutanan, pertanian dan peternakan.
Program tersebut saat ini telah berkembang memalui pengkayaan jenis pohon perdu produkif yang dapat dinikmati hasilnya selain komoditas kopi sebagai hasil musiman. Selain itu penanaman pohon perdu tersebut diharapkan dapat menghambat laju air ketika hujan tinggi dan menyimpan cadangan air ketika musim panas tiba, serta menjadi salah satu sistem pengelolaan kehutanan teringrasi terbaik diIndonesia.
Selain itu output dari kegiatan ini telah berhasil mengangkat perekonomian masyarakat datarajan karena beberapa keuntungan diantaranya:
- Komoditas pertanian kopi tidak terganggu.
- Adanya investasi jangka panjang berupa ternak kambing.
- Tercukupinya kebutuhan pupuk kandang.
- Berkuangnya penceramaran kimia.
- Terjaganya keseimbangan alam dan tatanan air di sekitar embung Datarajan.
Berbagi Cerita Dari Lapang : Butiran Kopi, Butiran Kehidupan
Oleh : Fajar Muhaimin Abdha